Pembentukan Bonsai
Salah satu syarat bonsai yang baik adalah berbentuk indah dan alami. Indah artinya bonsai tersebut dapat memperlihatkan keharmonisan keseluruhan bagian tanaman dan keserasian dengan potnya. Alami artinya bentuk bonsai tersebut tidak menyimpang dari bentuk pohon aslinya di alam bebas. Secara umum bonsai berbentuk segi tiga asimetris.
Ada lima gaya dasar bonsai :
Tegak lurus (chokkan)
Tegak berliku (tachiki)
Miring (shakan)
Setengah menggantung (han kengai)
Menggantung (kengai)
Selain lima gaya dasar, masih ada gaya lain yang merupakan perkembangan dari kelima gaya dasar tersebut antara lain :
Sapu terbalik (hokizukuri)
Tertiup angin (pukinagashi)
Terpelintir (nejikan)
Tumbuh di batu (ishizuki)
Mencengkram batu
Menonjolkan akar (neagari)
Cabang merunduk (shidarezukuri)
Bebas (bunjin)
Tumbuh dari batang (ikadabuki)
Akar terjalin (netsunagari)
Untuk menjadikan bonsai berbentuk indah dan alami perlu dilakukan pembentukan bonsai (training) yang meliputi :
- Pengaturan cabang, ranting dan anak ranting.
- Pengawatan.
- Perundukan dengan ikatan tali.
- Pemangkasan batang, cabang, ranting, daun atau tunas daun.
- Koreksi bonsai
Pengaturan Cabang
Untuk bonsai dengan gaya dasar miring, cabang pertama arahnya berlawanan dengan kemiringan batang. Jarak antar cabang sebaiknya tidak merata, renggang pada bagian bawah dan makin keatas makin rapat.
Pengawatan
Pengawatan dilakukan untuk membantu pembentukan (membetulkan lekukan atau arah) batang, cabang atau ranting. Kawat yang dipakai adalah kawat tembaga atau aluminium karena tidak berkarat sehingga tidak meracuni tanaman. Besar kawat yang dipakai sekitar sepertiga dari besar batang, cabang atau ranting yang dililit. Kalau terpaksa bisa menggunakan 2 buah kawat sekalogus asal antar kawat tidak saling menindih. Sudut lilitan kawat kira-kira 45 derajat dengan jarak yang relatif sama.
Ikatan Tali
Untuk membengkokkan cabang ke arah bawah selain dengan kawat dapat juga dengan tarikan tali (tali rafia). ikatkan salah satu ujung tali ke cabang yang akan ditarik kebawah dan ujung tali satunya diikatkan ke pangkal batang, pangkal akar atau pot.
Pemotongan/Pemangkasan
Pemotongan dimaksudkan untuk memberi bentuk pada bonsai dengan membuang atau memendekkan batang, cabang atau ranting.
Untuk pemotongan (pembuangan) cabang sebaiknya pada pangkal cabang tersebut dipotong datar (tidak menyisakan bekas cabang) atau agak melengkung ke dalam batang agar luka bekas potongan cepat tertutup kulit batang. Begitu juga dengan pemotongan ranting pada cabang.
Pada pemendekan cabang atau ranting, pemotongan dilakukan miring dengan luka potongan menghadap ke atas agar luka potongan cepat kering dan menutup.
Pembuangan tunas daun sebaiknya dilakukan secepat mungkin sebelum daun muda terbentuk agar tidak terlalu banyak energi yang terbuang akibat pemotongan tersebut. Tujuan pembuangan tunas atau daun muda adalah menghindari terbentuknya cabang atau ranting yang tidak diperlukan. Khusus pada pengurangan daun pada salah satu cabang atau ranting adalah untuk menyeimbangkan ukuran cabang terhadap batang atau ukuran ranting terhadap cabang. Biasanya makin banyak daun pada canang maka pertumbuhan membesar cabang tersebut lebih cepat dibandingkan dengan cabang yang daunnya sedikit, jadi perbanyaklah daun pada cabang/ranting yang akan diperbesar ukurannya dan sebaliknya kurangi daun pada cabang/ranting yang ukurannya melebihi standar. Ukuran yang baik bagi cabang adalah sepertiga dari ukuran batang dimana cabang tersebut berada.
Koreksi
Koreksi adalah penyempurnaan bentuk bonsai (atau bakalan bonsai) yang sudah terlanjur salah.
Beberapa kesalahan tersebut dapat dilihat pada gambar :
A. Kepala terpotong. Peliharalah satu tunas yang tumbuh dekat kepala menghadap ke muka, setelah cukup kuat bengkokkan dengan kawat ke atas.
B. Cabang lebih besar dari batang. Dibuang saja atau dikupas kulitnya dan dimatikan (jin) lalu dikecilkan ukurannya dan diawetkan dengan larutan kapur dan belerang.
C. Cabang menyilang. Dibuang tau dilakukan pengawatan untuk merubah arah.
D. Cabang tumbuh pada ketinggian yang sama. Buang salah satunya.
E. Cabang tumbuh membentuk lingkaran. Buang dan tinggalkan salah satunya.
F. Canag tumbuh ke arah depan. Dibuang atau dirubah arah dengan kawat. Kalua ukurannya sudah besar buang dan buat lubang/rongga pada batangnya (uro).
G. Cabang tumbuh ke atas. Bengkokkan dengan pengawatan atau tali.
H. Cabang menggantung ke bawah. Bengkokkan ke arah yang benar dengan pengawatan.
I. Cabang saling berkaitan. Buang sebagian atau bengkokkan ke arah yang benar dengan pengawatan.
Penuaan Bonsai
Syarat bonsai adalah ukuran (kerdil), bentuk (indah, alami) dan umur (tua atau nampak tua). Bonsai harus berumur tua atau nampak tua. Ada beberapa cara membuat bonsai nampak tua antara lain:
· Dahan dan ranting dipaksa tumbuh mendatar atau agak menurun.
· Menonjolkan pangkal akar, agar nampak akar yang menjalar di permukaan tanah.
· Memperbesar batang dengan pencekikan batang atau menggabugkan beberapa batang.
· Pemahatan batang, antara lain jin, shaki miri, uro atau saba miki.
Dahan & Ranting Mendatar
Kalau kita perhatikan tanaman yang tua dan besar, kebanyakan dahan dan rantingnya tumbuh mendatar atau agak menurun karena bobot dahan dan ranting tersebut sangat berat. Hal ini menjadi ciri dari tanaman yang sudah tua, sedangkan tanaman yang masih muda kebanyakan dahan dan rantingnya tumbuh agak miring ke atas hampir tegak.
Untuk meniru salah satu ciri tanaman tua tersebut pada bonsai, kita harus memaksa dahan dan rantingnya tumbuh mendatar dengan bantuan pengawatan (dililit kawat) atau ditarik dengan tali ke bawah.
Kawat tembaga dengan ukuran sepertiga dari besar cabang atau ranting yang akan ditundukkan kita lilitkan, lalu cabang kita bengkokkan ke bawah. Lama kelamaan kawat akan masuk ke dalam kulit cabang, buka lilitan tersebut, kalau arah cabang masih belum sempurna ulangi lilitan dengan arah lilitan yang berlawanan, agar kulit batang tidak luka gara-gara lilitan kawat.
Membengkokkan cabang dengan ikatan tali dapat dilakukan dengan tali rafia. Ujung tali diikatkan pada cabang dan ujung lainnya diikat pada akar atau pot.
Apabilacabang yang akan dibengkokkan sudah terlalu besar, maka bagian bawah cabang tersebut bisa dipotong berbentuk V (terbalik), barulah cabang tersebut dibengkokkan dengan lilitan kawat atau tarikan tali rafia.
Menonjolkan Akar
Ciri lain dari tanaman yang sudah tua adalah pangkal akar yang menonjol dan menampakkan kekokohan akarnya. Pada tanaman yang masih mudah hal ini sangat jarang terlihat. Untuk membuang kesan seperti batang yang ditancapkan di tanah pada bonsamuda, maka dilakukan pengangkatan sebagian pangkal akarnya dengan mengikis tanah di sekitar pangkal batang.
Pencekikan Batang
Pencekikan batang (pangkal batang) berutjuan untuk memperbesar pangkal batang dengan melilitkan kawat tembaga pada pangkal batang yang akan diperbesar. Kawat dibiarkan sampai menggigit dan melukai kulit batang. Karena jalan untuk melewatkan makanan dari akar terhambat oleh lilitan kawat maka cadangan makanan akan tertumpuk pada pangkal batang dan akhirnya membesar. Luka bekas lilitan pada pangkal batang akan menambah ketuaan batang dengan struktur yang kasar.
Pencekikan batang ini dilakukan untuk meniru tanaman yang tua dengan ciri batang yang besar di bagian pangkal dan mengecil pada bagian atasnya.
Penggabungan Batang
Siapkan lima batang tanaman sejenis yang masih muda dan tidak sama tingginya, gabung menjadi satu dengan diikat tali rafia dari pangkal ke pucuk. Tiap pucuk tanaman mulai yang terendah dibengkokkan dengan lilitan kawat tembaga menjadi cabang dengan arah yang berbeda dan tanaman yang tertinggi tetap lurus dijadikan pucuk taaman gabungan.
Setelah cukup lama batang tanaman akan menyatu, tanaman muda lebih cepat menyatu dibanding dengan tanaman yang lebih tua karena pertumbuhan tanaman muda lebih cepat dari tanaman muda. Batang tanaman tersebut bisa dilukai dahulu sebelum penggabungan agar cepat menyatu. Tali rafia bisa dibuka bila tanaman sudah menyatu. Batang gabungan yang dihasilkan akan berlekuk dan bagian pangkal akan lebih besar dari bagian atasnya.
Jin
Jin berarti luka-luka pada batang atau cabang sehingga tampak seperti rusak karena usia tua atau pengaruh cuaca. Jin adalah mematikan cabang atau batang tanaman hingga ke ujungnya dan membiarkannya pada kedudukan semula. Batang atau cabang tersebut dikupas kulitnya kemudian diukir/dipahat pada bagian kayunya sehingga menyerupai batang atau cabang yang mati tua.
Fungsi jin selain untuk membuat penampilan bonsai jadi tua juga untuk memperpendek bonsai yang terlalu tinggi atau mengurangi beberapa kelemahan pada bonsai seperti cabang yang terlalu besar (tidak sesuai dengan besarnya batang).
Shari Miki
Shari miki memiliki arti batang, cabang atau akar yang di atas permukaan tanah yang dimatikan sebagian dengan cara dikelupas kulitnya sehingga nampak tua dan alami.
Pengelupasan kulit batang, cabang atau akar dilakukan mengikuti alur serat kulitnya dan sebagian kayunya diukir sesuai dengan alur serat kayunya.
Uro dan Shaba Miki
Uro berarti lubang atau celah yang melebar atau memanjang pada batang. Pelebaran kadang hanya menyisakan lapisan kambium saja, tetapi tanaman masih dapat tetap hidup.
Cara membuat uro dimulai dengan mengelupas kulit batang seperti pada shari miki, lalu dilakukan pemahatan yang dalam membentuk lubang. Agar pemahatan mudah dilakukan, bagian yang akan dipahat dimatikan dahulu.
Shaba miki hamir sama dengan uro, hanya lubangnya atau celahnya memanjang jauh ke atas.
Setelah melakukan pekerjaan jin, shari miki, uro atau saba miki, sebaiknya bagian kayu tanaman yang terbuka tersebut diawetkan dengan larutan belerang dan kapur agar tidak lapauk dan diserang jamur.
Pengerdilan Bonsai
UKURAN BONSAI
Syarat utama bonsai adalah kerdil, indah-alami dan nampak tua. Langkah pertama pembuatan bonsai adalah membuat tanaman tersebut menjadi kerdil. Kerdil artinya ukuran bonsai tersebut relatif jauh lebih kecil dibandingkan tanaman sejenis yang tumbuh di alam bebas, sampai sekitar seper sepuluhnya atau lebih kecil lagi.
Berdasarkan ukurannya bonsai terbagi menjadi 5 kelompok yaitu :
Mame bonsai (sangat kecil) 5-15 cm.
Ko bonsai (kecil) 15-30 cm.
Chiu bonsai (sedang) 30-60 cm.
Dai bonsai (besar) 60-90 cm
Bonsai raksasa (sangat besar) 90-150 cm.
PENGERDILAN
Pada dasrnya semua tanaman dapat dikerdilkan dengan tiga macam perlakuan yaitu cara genetik, cara kimia dan cara fisik. Perlakuan genetik adalah cara persilangan tanaman antar jenis atau varitas dan kemudian seleksi hasil persilangan tersebut. Lewat teknologi mutakhir sifat tanaman dapat dimanipulasi dengan memasukkan gen pembawa sifat kerdil ke dalam tanaman yang dikehendaki. Pengerdilan dengan perlakuan genetik ini memerlukan waktu yang lama dan cara memanipulasi gen dilakukan di dalam laboratorium dan sangat sulit.
Perlakuan kimia adalah dengan memasukkan bahan kimia penghambat pertumbuhan tanaman (retardan), misalnya disemprotkan Cultar 250 EC, akibatnya daun, bunga dan buah mengecil serta ruas antar daun memendek.
Perlakuan fisik adalah cara paling umum dalam pengerdilan bonsai saat ini, antara lain dengan memotong batang/pucuk tanaman (trimming), ditanam pada pot kecil, pemangkasan akar secara berkala, membuang tunas baru (bud nipping) secara terus menerus dan menempatkan bonsai pada tempat yang mendapat sinar matahari penuh.
PEMOTONGAN BATANG
Cara termudah memendekkan bonsai adalah dengan memotong batang/pucuknya, tetapi bekas pemotongan tersebut sebisanya disembunyikan, karena batang bonsai yang baik adalah yang besar pada pangkalnya dan sedikit demi sedikit mengecil sampai ke pucuknya, maka batang/pucuk bonsai yang dipotong harus digantikan dengan cabang terdekat potongan yang menghadap ke depan dan dibengkokkan ke atas dengan kawat. Apabila ukurannya masih terlalu tinggi, maka dapat dilakukan pemotongan lagi pada cabang yang menggantikan batang tadi sampai ukrannya sesuai dengan yang dikehendaki.
Apabila pada sekitar pemotngan batang tersebut di atas tidak terdapat cabang yang bisa menggantikan batang/pucuk, maka bisa dengan memilih salah satu tunas yang akan timbuh pada sekitar potongan tadi. Dipilihnya cabang atau tunas baru yang menghadap ke depan adalah agar bekas potongan terlindung oleh cabang atau tunas baru yang akan dibengkokkan ke atas.
POT KECIL
Dengan menggunakan pot yang kecil maka media tanamnya juga menjadi sedikit sehingga pertumbuhan akar bonsai terbatas dan terhambat pertumbuhannya. Dengan demikian bagian tanaman di atas tanah (batang, canag dan daunnya) akan menyesuaikan dengan akarnya.
Karena media tanam yang terbatas, maka persediaan makanan dalam media tanam juga sedikit, oleh karena itu bonsai harus diberi pupuk. Makanan yang terserap bonsai akan digunakan untuk memperbesar batang dan cabang serta akar karena pertumuhan memanjang dari akar terhambat, begitu juga pertumbuhan memanjang bagian tanaman di atas tanah.
PEMANGKASAN AKAR
Bonsai yang ditanam pada pot kecil, akarnya akan cepat memenuhi media tanam, sehingga perlu pemangkasan akar dan pergantian media tanam. Setipa pemangkasan akar sebaiknya dilakukan juga pemangkasan daun untuk menjaga keseimbangan tanaman bagian atas dan bawah tanah.
Akar memegang peranan penting dalam mempertahankan bentuk bonsai. Bila akar membentuk cabang atau ranting akar maka batang juga akan membentuk cabang dan rantingnya. Dengan demikian pemangkasan akar akan mendorong terbentuknya cabang, ranting dan anak ranting pada bagian tanaman di atas tanah. Makin banyak cabang, ranting dan anak ranting yang terbentuk, maka makin ukurannya, karena makanan yang tersedia terbagi untuk pertumbuhan cabang, ranting dan anak ranting tersebut.
MEMBUANG TUNAS BARU
Pada umumnya tanaman cenderung tumbuh meninggi dengan pertumbuhan tunas-tunas baru pada bagian pucuk tanaman, sehingga banyak energi yang terpusat ke arah tersebut. Apabila hal ini dibiarkan maka tanaman menjadi tinggi dan cabang bagian bawah akan kekurangan energi untuk pertumbuhannya, bahkan bisa mati dan digantikan cabang baru yang posisinya lebih tinggi dan tanaman menjadi tinggi dan besar. Oleh karena itu pada bonsai harus dilakukan pembuangan tunas (bud nipping) secara terus menerus, kecuali tunas yang diharapkan tumbuhnya untuk penyempurnaan bentuk bonsai. Dengan demikian diharapkan pembagian energi untuk pertumbuhannya dapat terbagi rata untuk semua bagian tanaman.
SINAR MATAHARI
Tanaman yang kekurangan sinar matahari akan mengalami pertumbhan memanjang dan tidak kokoh tumbuhnya (etiolasi). Sinar ultra violet dan biru dari sinar matahari berfungsi untuk menghambat pertumbuhan memanjang tersebut. Oleh karna itu bonsai harus ditempatkan pada tempat yang mendapat sinar matahari penuh.
Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah suhu udara. Walaupun bonsai harus ditempatkan pada tempat yang mendapat sinar matahari penuh, apabila suhu udara setempat sangat tingi, bonsai akan cepat kekeringan. Bila hal ini terjadi tidak ada salahnya bila bonsai mendapat sedikit naungan terutama pada tengah hari, sebaiknya pagi hari tetap mendapat sinar matahari langsung.
MENGECILKAN DAUN
Mengerdilkan daun jauh lebih sulit dari pada mengerdilkan batangnya, oleh karanya sering dijumpai bonsai denga ukuran kerdi tetapi ukuran daunnya masih agak besar dibandingkan dengan ukuran pohonnya.
Salah satu cara mengecilkan daun bonsai adalah dengan menggunduli semua daunnya (total prunning), kemudian mengurangi pemberian air semaksimal mungkin asal tidak layu, maka daun baru yang tumbuh akan lebih kecil. Selama daun masih mengalami pertumbuhan (berwarna hijau muda) selama itu pula penyiraman dikurangi. Apabila daun sudah dewasa (berwarna hijau tua) dan tidak mengalami pertumbuhan lagi maka penyiraman dapat dilakukan normal kembali.
Tidak semua jenis tanaman bisa dikecilkan daunnya dengan cara total prunning ini, hanya tanaman tertentu saja yang sanggunp hidup bila daunnya digunduli. Dengan perlakuan ini tiap tanaman memberikan hasil yang berbeda-beda. Bunut (sejenis beringin) dapat diperkecil daunnya menjadi 20% dari ukuran normalnya Ulmus 15%, Serut 10%, sedangkan Asam Jawa dan Asam Cina tidak bisa diperkecil lagi daunnya.
Pot & Peralatan Bonsai
Fungsi pot bagi tanaman adalah sebagai tempat tumbuh tanaman tersebut. Sedangkan fungsi pot bagi tanaman bonsai bisa sebih khusus lagi, karena ada ketentuan tersendiri antara pohon bonsai dengan potnya, yaitu keserasian yang meliputi bentuk pot, ukuran pot, warna pot dan posisi bonsai dalam pot tersebut.
Karena bonsai harus ditanam di dalam pot dengan media tanam yang terbatas, agar kekerdilannya dapat dipertahankan, maka fungsi pot bagi bonsai lebih sebagai alat pengerdil dan penunjang penampilan bonsai agar lebih indah dan serasi disamping fungsi lainnya.
Bentuk pot bonsai ada bemacam-macam ada yang berbentuk geometris (bujur sangkar, persegi panjang, oval, bundar, segi enam atau segi delapan) dan ada yang berbentuk tidak beraturan (berbentuk pulau atau batu karang). Variasi lainnya adalah bentuk bibir pot, ada yang lurus saja, mencuat ke dalam atau mencuat ke luar.
Bentuk dan tinggi pot harus disesuaikan dengan gaya bonsai yang bersangkutan, misalnya bonsai dengan gaya dasar miringcocok ditanam pada pot dengan bentuk persegi panjang atau oval dengan ketinggian pot yang rendah.
Bonsai yang ditanam mencengkram batu sebaiknya ditanam pada pot yang lebih lebar dan dangkal/tipis agar batunya lebih menonjol dibandingkan potnya. Ada kalanya bonsai yang ditanam mencengkram batu dan seperti pohon yang tumbuh pada karang terjal atau pulau karang ditempatkan pada pot yang sangat tipis dan tidak berlubang, kadang diberi pasir putih pada pot tersebut sehingga seperti batu karang di pantai.
Penyesuaian gaya dasar bonsai dengan bentuk pot serta tinggi pot dapat dilihat di bawah ini
Keterangan:
TL (tegak lurus), TB (tegak berliku), Mr (miring), SM (setengah menggantung), Mg (menggantung), X (cocok), - (tidak cocok).
Ukuran pot bermacam-macamsesuai dengan ukuran bonsainya. Hubungan antara ukuran pot dengan bonsai dapat dilihat dari 2 sudut yang berlainan, yaitu dari tinggi bonsai atau dilihat dari lebar tajuk bonsai. Tinggi bonsai diukur dari pangkal batang dekat tanah sampai dengan ujung atas (pucuk) bonsai, sedangkan lebar diukur dari ujung cabang terpanjang sebelah kiri sampai ujung cabang terpanjang sebelah kanan. Apabila bonsai lebih menonjolkan tingginya, maka lebar pot yang cocok adalah sekitar 2/3 dari tinggi bonsai. Apabila bonsai lebih menonjolkan lebar tajuknya, maka lebar pot yang cocok adalah sekitar 2/3 dari lebar tajuk bonsai.
Ketebalan (tinggi) pot bonsai juga disesuaikan dengan uikuran bonsai. Untuk bonsai dengan gaya dasar tegak lurus, tegak berliku dan miring, ketebalan (tinggi) pot adalah kurang lebih sama dengan diameter pangkal batang bonsai. Untuk bonsai dengan gaya dasar setengah menggantung dan menggantung dipakai pot yang tinggi, agar bonsai tidak menyentuh lantai.
Bahan pot bonsai bisa terbuat dari berbagai macam bahan seperti kayu, tanah liat, plastik, batu karang, semen, keramik atau porselin. Pot porselin bisa memberikan kesan yang lebih baik dan tahan lama tetapi harganya lebih mahal. Pot yang terbuat dari tanah liat atau kayu berserat dengan warna gelap memberika kesan bonsainya lebih tua.
Pot juga memberikan kesan berbeda sesuai dengan warnanya. Bonsai dengan warna daun hijau tua cocok dengan pot berwarna gelap. Bonsai dengan daun berwarna hijau muda cocok dengan pot berwarna cerah. Bonsai berbunga merah sebaiknya ditanam pada pot berwarna biru tua. Bonsai berbunga putih cocok dengan pot berwarna hijau atau putih. Bonsai yang berkulit batang putih cocok dengan pot berwarna krem atau biru muda.
Selain variasi warna, pot bonsai juga dibuat bergambar, licin mengkilap atau kusam. Yang harus diingat dalam pemilihan pot adalah bahwa pusat perhatian kita pada bonsai, jangan sampai pot bonsai lebih menarik dari pada bonsainya. Pot bonsai umumnya harus memilki lubang drainase. Pot dengan lubang kecil tapi banyak lebioh baik dari pada 1 atau 2 lubang yang besar.
Penempatan bonsai pada pot tergantung dari gaya dasar bonsai dan bentuk potnya, hal ini diperhatikan untuk menghindari dari kesan "diatur" dan lebih menonjolkan kesan alaminya. Pot bujur sangkat, bondar, segi enam dan segi delapan untuk bonsai bergaya dasar tegak lurus, penempatannya tepat ditengah pot. Pot persegi panjang dan oval untuk bonsai dengan gaya dasar tegak berliku dan miring, penempatannya agak ke kiri/kanan dan sedikit kebelakang dari garis tengah pot. Untuk bonsai miring ke kiri penempatan agak ke kanan dan bonsai miring ke kanan penempatan agak ke kiri. Bonsai dengan gaya dasar menggantung dan setengah menggantung penempatannya di tengah pot.
Peralatan Bonsai
Keinginan untuk membentuk bonsai yang baik harus didukung oleh peralatan kerja yang memadai. Peralatan bonsai sangat banyak macamnya dari yang sederhana sampai yang modern. Semakin banyak pengetahuan tentang bonsai semakin banyak pula peralatan yang diperlukan untuk pembentukan bonsai. Beberapa peralatan yang sering digunakan untuk pembentukan bonsai adalah:
Gembor, penyiram tanaman;
Saringan, untuk memilah ukuran tanah tanah;
Sekop dan garu kecil;
Sapu atau kuas, untuk membersihkan permukaan tanah/lumut;
Gunting canag dan gunting ranting;
Gergaji kecil;
Kawat tembaga untuk membentuk batang/dahan/ranting;
Tang dan pemotong kawat;
Tracker, pembengkok batang;
Pahat dan alat ukir;
Meja putar, tempat pembentukan bonsai.
Mengenal Bonsai
Hampir semua orang sudah tak asing dengan kata “bonsai”, tapi hanya sedikit yang mengerti apa itu bonsai. Bila kita mendengar kata bonsai, yang terbayang adalah sesuatu yang kerdil, bahkan tidak sedikit orang mengistilahkan kata bonsai sebagai kata kerdil. Begitu juga banyak penggemar dan pedagang bonsai yang mengerdilkan tanaman dengan maksud menjadikannya tanaman bonsai, tanpa mengetahui kriteria bonsai yang sebenarnya. Akibatnya banyak bakalan (bahan dasar) bonsai yang sebenarnya memiliki potensi bagus menjadi kurang bernilai (seni) karena perlakuan dan perawatan yang terlanjur salah.
Bonsai berasal dari China, dan dikembangkan oleh jepang. Bonsai dalam bahasa Jepang secara harfiah berarti tanaman dalam pot, oleh karenanya setiap bonsai selalu ditanam dalam pot, tetapi tidak semua tanaman dalam bisa pot disebut bonsai. Ada tiga kretiria bonsai yang paling mendasar dan mutlak dipenuhi yaitu ukuran, bentuk dan umur.
Ukuran bonsai adalah kerdil atau relatif kecil, dengan tinggi antara 5 cm sampai degan 150 cm. Bonsai setinggi 150 cm dapat dikatakan kerdil apabila tanaman sejenisnya yang tumbuh di alam bebas bisa mencapai belasan atau puluhan meter, seperti beringin atau asam jawa, tetapi ”bonsai” setinggi 30 cm tidak bisa dikatakan kerdil apabila tanaman sejenisnya yang tumbuh normal di alam bebas hanya bisa mencapai tinggi maksimal 1,5 m, seperti soka atau tanaman semak lainnya. Untuk memenuhi kriteria ukuran tersebut harus dilakukan pengerdilan yang antara lain memotong ujung batang/pucuk, ditanam pada media yang terbatas (dalam pot kecil), pemangkasan akar secara berkala, terus menerus membuang tunas yang baru tumbuh (bud nipping) dan diletakkan pada tempat yang mendapat cahaya matakari penuh.
Bentuk bonsai harus indah dan wajar (alami), harus mengacu pada bentuk tanaman sejenisnya yang tumbuh di alam bebas. Pada umumnya tajuk bonsai berbentuk segi tiga asimetris. Antara batang, cabang dan ranting ada keseimbangan pertumbuhan sehingga enak dipandang.
Ada lima gaya dasar bonsai yaitu tegak lurus (chokkan), tegak berliku (tachiki), miring (shakan), setengah menggantung (hankengai) dan menggantung (kengai). Bonsai memiliki sisi depan dan belakang. Sisi depan harus dapat memperlihatkan keindahan semua bagian dari bonsai yang bersangkutan, mulai dari akar, batang, dahan, ranting dan daun. Hal ini perlu diperhatikan sehingga bonsai tidak ditempatkan membelakangi orang yang melihatnya. Bonsai yang baik bukan cuma miniatur pohon dengan daun yang rimbun, tetapi harus bisa tampil telanjang, bukan bugil, tampil tanpa daun sehingga nampak jelas susunan batang, cabang, ranting dan subranting dengan penyebaran yang teratur, indah, alami dan harmonis. Untuk menyempurnakan bentuk bonsai diperlukan training, meliputi pengawatan (wiring), pemangkasan bagian batang, cabang dan ranting yang tidak diperlukan (prunning), membuang tunas dan daun baru yang tidak diperlukan agar tetap rapi (trimming) dan penyempurnaan bentuk pohon (koreksi). Karena bonsai adalah makhluk hidup, maka bonsai sering dikatakan sebagai karya seni yang belum selesai, karenanya bonsai akan terus memerlukan training sepanjang hidupnya.
Umur bonsai harus tua atau tampak tua. Bisa saja umur bonsai cuma belasan tahun, tapi bisa nampak berumur ratusan tahun, hal ini dimungkinkan dengan penuaaan(ageing). Cara penuaan antara lain dengan memaksa dahan dan ranting tumbuh mendatar atau agak menurun, akar-akar pada pangkal batang ditonjolkan agar nampak menjalar di permukaan tanah, mematikan sebagian batang/cabang (jin) atau membuat lubang/rongga pada batang (uro) agar nampak seperti pohon tua yang sebagian batang/canagnya sudah mati dan lapuk karena usia.
Semua kegiatan pada pengerdilan, training dan penuaan harus dilakukan dengan cara dan teknis yang benar agar bonsai tidak menjadi rusak bahkan mati karena kesalahan tersebut. Pengerdilan, training dan penuaan memerlukan waktu yang lama, bahkan hasil yang diharapkan pada ketiga kegiatan tersebut belum tentu nampak dalam waktu dua atau tiga bulan, oleh karenanya diperlukan kesabaran, ketekunan dan sedikit rasa seni agar tercipta bonsai yang benar-benar bonsai.
Memelihara banyak bonsai jauh lebih baik dari pada memelihara satu atau dua bonsai, karena dapat mengurangi rasa bosan waktu menunggu hasil yang diharapkan.
Jenis Tanaman
Tidak semua jenis tanaman dapat dijadikan bonsai, taaman yang cocok adalah yang memenuhi syarat :
1. Dapat hidup pada tempat dengan media terbatas (pot kecil).
2. Berumur panjang, puluhan bahkan ratusan tahun.
3. Pertumbuhannya lambat sehingga tidak cepat berubah.
4. Berdaun kecil, rimbun dan tidak mudah rontok.
5. Batang lebih cepat membesar dan tidak cepat meninggi.
6. Secara alami sudah memiliki bentuk yang indah.
7. Tahan dan mudah ditraining.
8. Merupakan tanaman berkayu (berbatang keras).
Selain syarat-syarat tersebut, ada beberapa jenis pohon yang memiliki kelebihan sebagai bakal bonsai seperti :
1. Memiliki akar tunjang (sulur), seperti beringin.
2. Memiliki permukaan kulit (tekstur) menarik seperti pinus dan asam jawa.
3. Memiliki bentuk batang yang berliku, indah secara artistik-dekoratif seperti cemara udang.
4. Memiliki buah kecil yang berwarna warni seperti murbai, jeruk kingkit dan kemuning.
5. Memiliki bunga yang indah.
Media Tanam dan Pot
Secara umum media tanam bonsai adalah campuran pasir, tanah dan humus dengan perbandingan sama (1:1:1). Untuk tanaman tertentu yang memerlukan komposisi berbeda bisa disesuaikan, misalkan untuk jenis cemara (Juniperus) memerlukan 3 bagian pasir dan 2 bagian humus.
Pot merupakan bagian penting dari bonsai, harus ada kesesuaian ukuran, bentuk dan warna pot dengan bonsainya. Untuk bonsai bergaya tegak lurus dan tegak berliku cocok dengan pot dangkal berbentuk bulat atau persegi panjang. Untuk bonsai bergaya miring cocok dengan pot dangkal berbentuk persegi panjang atau oval. Untuk pot dangkal, tinggi pot kurang lebih sama dengan diameter pangkal batang bonsainya. Untuk bonsai bergaya setengah menggantung dan menggantung cocok dengan pot tinggi berbentuk bulat atau persegi.
Perawatan
Seperti tanaman pada umumnya bonsai memerlukan perawatan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pergantian media tanam dan pergantian pot. Karena media tanam terbatas, maka unsur hara untuk bonsai harus dipenuhi dengan pemberian pupuk. Bila menggunakan pupuk anorganik, sebaiknya pakai pupuk lengkap berbentuk tablet (slow release) seperti Dekaform, agar terhindar dari kelebihan dosis yang bisa berakibat kematian bonsai atau menggunakan pupuk daun seperti Gandasil dengan dosis setengah dari anjuran di kemasannya.
Apabila media sudah mengeras, akar banyak melingkar di sepanjang pinggir pot dan pertumbuhan bonsai melambat, maka diperlukan pergantian media tanam bersamaan dengan pemangkasan akar. Setiap pemangkasan akar harus diimbangi dengan pemangkasan daun agar penyerapan air oleh akar berimbang dengan penguapan air lewat daun.
Dengan perawatan yang benar dan teratur serta training yang berkesinambungan, maka terciptanya bonsai yang baik dan bernilai tinggi bukanlah suatu yang mustahil, bonsai akan berumur panjang, bahkan bisa lebih panjang dari umur pemiliknya.