Friday, 5 January 2018

Program Bantuan Modah Usaha Budidaya Perikanan

Program Bantuan Budidaya

Menyambut tahun 2018, KKP sudah siap dengan rangkaian program unggulan, baik untuk sektor perikanan tangkap maupun budidaya. Bagi perikanan budidaya, KKP melalui DJPB tetap fokus pada program dukungan langsung bagi pembudidaya yang sudah menunjukkan hasil positif di beberapa tahun belakang.
Slamet Soebjakto selaku Dirjen Perikanan Budidaya mengatakan bahwa pembudidaya, khususnya skala kecil yang jumlahnya tersebar di Indonesia ini, perlu distimulasi dalam bentuk bantuan input produksi dan kemudahan akses. Untuk itu, bantuan sarana produksi budidaya ini termasuk pemberian benih ikan, revitalisasi KJA, paket sistem teknologi seperti bioflok dan RAS, pengembangan minapadi, dan Gerakan Pakan Mandiri (Gerpari) dengan memberikan alat pembuat pakan. Sedangkan untuk membuka akses finansial dan pasar, langkah strategis yang diambil DJPB antara lain penguatan kelembagaan penunjang seperti koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), sertifikasi hak atas tanah pembudidaya ikan, kerjasama dengan program perbankan dalam skema kredit mikro dan pengembangan teknologi budidaya, serta asuransi bagi pelaku usaha perikanan.




Program kerjasama KKP dengan Bank Mandiri untuk pengembangan tambak udang berteknologi. Peresmian dilakukan oleh Presiden Jokowi di Muara Gembong, Kab. Bekasi.

Data Pencapaian

Berdasarkan data, realisasi pembangunan sub-sektor perikanan budidaya hingga kuartal II di tahun 2017 menunjukkan perbaikan. Pertumbuhan PDB (Product Domestic Bruto) sektor perikanan sebesar 6,53 % dengan produksi mencapai 8,15 juta ton, dan produksi ikan hias sebanyak lebih dari 800 juta ekor. NTUPi (Nilai Tukar Pembudidaya Ikan) juga tercatat sebesar 110,54–meningkat 1,12 % dari tahun sebelumnya.
Selain itu, data BPS juga memperlihatkan bahwa rata-rata penghasilan pembudidaya ikan ada di Rp 3 juta. Angka tersebut dinilai berada jauh di atas indikator garis kemiskinan yang ditetapkan BPS. Melihat kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa tidak hanya usaha budidaya menjadi lebih efisien dan memberi nilai tambah yang baik, kesejahteraan petani juga terdongkrak.
Komentar positif dikemukakan oleh Suhana, Kepala Pusat Kajian Pembangunan Perikanan dan Peradaban Maritim, mengenai tren positif dari neraca perdagangan perikanan. Fokus Suhana ada pada ekspor udang yang masih menjadi primadona dengan nilai ekspor mencapai USD 1,68 juta. Bagi pembudidaya sendiri, bantuan KKP sangat membantu, seperti yang diungkapkan Imza,  Ketua Asosiasi Catfish Club Indonesia, bahwa mesin pembuat pakan dari KKP sangat terasa manfaatnya. Namun, masih menurut Imza, selain sarana dan infrastruktur, pendampingan intensif juga penting dilakukan.
Hal tersebut disinggung pula oleh Agung Sudaryono, Sekjen MAI (Masyarakat Akuakultur Indonesia). Dari sudut pandangnya, program KKP dinilai belum efektif karena bantuan tidak disertai program pendukung/pendamping. Menanggapi hal ini, Slamet Soebjakto tetap fokus memastikan programnya tepat guna dan terasa dampaknya langsung ke masyarakat. “Sah saja memiliki persepsi yang beda. Dukungan seperti sarpras ini kan sifatnya stimulan. Nantinya diharapkan yang berhasil ini akan menularkan keberhasilannya ke pembudidaya lain. Memang ada beberapa yang kurang berhasil, tapi dampak positif lainnya dapat dibuktikan dengan data yang ada,” pungkasnya.

No comments:

Post a Comment